Selasa, 17 Agustus 2021

School at Pandemic in Padang

 Sejak Pandemi menyerang pada akhir tahun 2019 sampai membuat seluruh sekolah di Indonesia tutup dan harus berlangsung secara online (dalam jaringan), masyarakat kita benar-benar kelabakan. Adaptasi terhadap kebiasaan baru, istilah-isltilah baru menuntut para guru, siswa, terutama orang tua melek dengan teknologi dan pembelajaran yang disampaikan secara dalam jaringan (daring), kombinasi, maupun luar jaringan (luring).

Di awal tahun 2020 para guru kemudian memindahkan kelas konvensional mereka ke dalam grup chat pada aplikasi sosial media Whatsapp. Salah satu alternatif paling gampang dan akrab dengan masyarakat Indonesia. Namun setelah dijalani selama seminggu minat belajar siswa terlihat menurun. Beberapa diantara mereka hanya mengisi daftar hadir, namun melewatkan penjelasan guru di video, voice notes, maupun foto penjelasan. Sebagian dari mereka hanya mengerjakan tugas yang ternyata diambil dan ditempel dari situs-situs yang ternyata memang tersedia untuk membahas seluruh soal pada buku tema maupun mata pelajaran. 

Beberapa aplikasi pembelajaran seperti Google Classroom, Edmodo, Padlet, dll sebenarnya tersedia dan cocok untuk digunakan sebagai alternatif pengganti Whatsapp ataupun LKS yang diberikan dan diperiksa sekali seminggu. Ataupun metode drilling menjawab soal yang disediakan guru untuk diantarkan dalam jangka waktu tertentu oleh orang tua. Tapi kendalanya, sebagian guru tidak menyukai aplikasi tersebut karena menurut mereka ribet, menambah kerja, dan tidak efektif. Bagi siswa juga repot, meyusahkan, dan tidak asyik. Ini dari pengakuan sebagian kawan yang mencoba menerapkannya di kelas. 

Selain itu, di awal semester atau tahun ajaran guru juga sebetulnya dapat mengantisipasi kesulitan dalam pembelajaran di masa pandemi ini dengan memetakan siswa dan aksesnya terhadap gadget. Orang tua dan siswa diundang ke kelas untuk memantau berapa orang yang memiliki gadget, rasio gadget dengan anak di rumah, akses terhadap kuota dan wi-fi, serta dukungan orang tua siswa baik dukungan waktu (mendampingi dalam belajar) maupun menyediakan kuota (finansial). Karena sebagian orang tua siswa terdampak secara ekonomi akibat pembatasan kegiatan (lock down) yang dilakukan oleh pemerintah. Hal ini pernah penulis bahas saat diundang menjadi salah satu pembicara dalam Seminar Internasional Pembelajaran di Era Pandemi yang diadakan oleh Jurusan PGSD UMSB.




Untuk mengatasi itu kami bergerak mengadakan workshop/bengkel kerja Penggunaan Aplikasi Pembelajaran dan Pembuatan Video Pembelajaran di Kecamatan Pauh menggandeng Universitas Putra Indonesia (UPI YPTK) dalam bentuk kegiatan Pengabdian Masyarakat. Kegiatan ini diiikuti oleh guru SD di Kecamatan Pauh di SD Negeri 13 Kapalo Koto tempat penulis mengajar.

Alhamdulillah bersama narasumber, dosen, dan mahasiswa UPI YPTK para guru didampingi menggunakan aplikasi pembelajaran sederhana dan pembuatan video menggunakan aplikasi rekam layar Camtasia. Kedua materi tersebut merupakan skill yang harus dikuasai guru untuk beradaptasi mengajar di tengah situasi Pandemi Covid-19 saat ini. 

Bravo Pendidikan Indonesia!

Sumber Foto: UMSB 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Apa yang Salah dengan Sistem Pendidikan Kita?

Pertanyaan ini selalu hadir dari waktu ke waktu. Dari satu rezim ke rezim yang lain. Dari satu kurikulum kepada kurikulum yang baru. Pertany...