Ornsten,
Allan C& Francis P.Hunkins (2004).Curriculum
-- Foundations, Principles, and Issues.Fouth Edition. United States of America: Allyn and Bacon
Buku
yang berjudulCurriculum -- Foundations,
Principles, and Issues. Fouth Edition pada bab 7 membahas mengenai Curriculum Development. Dalam bab ini
menjelaskan tentang pengertian kurikulum, pengembangan kurikulum dan
model-model yang digunanakan dalam dalam mengembangkan kurikulum.
Dalam
bab ini membahas bahwa kurikulum merupakan suatu bagian dari lembaga pendidikan
yang memegang peranan penting dalam keberhasilan suatu lembaga. Kurikulum
memberikan pengalaman hidup kepada siswa dan guru yang akan mendorong pemahaman
yang mendalam, keterampilan yang tinggi, sikap yang tepat, dan nilai-nilai
pembangunan sosial. Pengembangan kurikulum adalah tempat untuk meningkatkan
nilai-nilai dalam membangun pendidikan menuju ke arah yang lebih
baik.Pengembangan kurikulum tidak hanya membahas tentang isu-isu yang luas
seperti kebijakan sosial, adat-istiadat, budaya, maupun politik.Tetapi lebih
difokuskan kepada aktivitas utama sebagai pendidik yang menciptakan program
pendidikan yang melibatkan para siswa dalam pembelajaran dan memberdayakan
mereka untuk membangun makna dari pembelajaran yang diberikan.Kurikulum juga
merupakan salah satu visi dalam pendidikan yang sifatnya tidak statis, artinya
kurikulum itu bisa berubah dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Prosedur baru sedang dijalankan untuk mengembangkan kurikulum yang ada, yaitu
kurikulum yang menggunakan pendekatan pada cara berpikir modern yang terdapat
pada teori kognitif yang baru dan menekankan pada pencapaian tujuan
instruksional.
Perencaaan
kurikulum yang efektif merupakan suatu kebutuhan yang dapat menjadi fondasi
untuk pengembangan kurikulum. Namun dalam kenyataannya terdapat beberapa
kesulitan diantaranya: bahwa ada berbagai cara untuk mendefinisikan
pengembangan kurikulum, dan beberapa kurikulum juga harus menitikberatkan pada
satu faktor yang harus harus mendapat perhatian apakah dilihat dari segi materi
pelajaran yang diberikan pada siswa, potensi siswa itu sendiri atau masyarakat
pada umumnya. Pengembangan kurikulum terdiri dari berbagai proses (teknis,
humanistik, dan artistik) yang memungkinkan sekolah dan orang-orang yang berada
dalam lingkungan sekolah untuk mewujudkan tujuan pendidikan tertentu. Idealnya
mereka semua yang terkena dampak kurikulum harus terlibat dalam proses
pembangunan kurikulum. Meskipun berbagai model bisa dipilih sebagai acuan dalam
pengembangan kurikulum, tetapi kebanyakan model dapat diklasifikasikan baik
dari segi teknis maupun nonteknis atau holistik. Dengan mengelompokkan
pendekatan non-teknis dan teknis, hal ini tidak
menjadikan apakah pendekatan itu berdampak positif atau negatif.
Sebaliknya kita ingin membedakan keduanya secara mendasar.Kebanyakan orang
percaya dalam desain kurikulum yang menekankan materi pelajaran biasanya
menggunakan pendekatan teknis untuk pengembangan kurikulum.
Pendekatan
teknis-ilmiah untuk pengembangan kurikulum
Pendekatan
teknis-ilmiah dapat digunakan untuk pengembangan kurikulum dan
pendidikan.Mereka yang menggunakan pendekatan ini, merencanakan kurikulum untuk
mnegoptimalkan hasil yang diperoleh.Menurut sudut pandang ini, pengembangan
kurikulum adalah perencanaan untuk penataan lingkungan belajar dengan
mengkoordinasikan unsur-unsur personel, material, dan peralatan. Pedekatan
teknis-ilmiah dapat memungkinkan kita untuk memahami kurikulum dari sudut
pandang yang luas dan memahaminya sebagai kesatuan kompleks dari bagian yang
terorganisir dan berfungsi untuk melayani baik secara umum maupun individu. Hal ini juga memungkinkan
kita untuk memiliki perencanaan sesuai dengan yang ada dalam pikiran
kita.Pendekatan ilmiah teknis mengharuskan pendidik menggunakan pendekatan rasional
untuk menyelesaikan tugas mereka.Mereka percaya bahwa untuk menguraikan
prosedur tersebut secara sistematis, harus difasilitasi sehingga dapat
menciptakan sebuah kurikulum yang baru.
Kini berbagai model telah dikembangkan dengan
menggunakan berbagai paradigma yang baru yang menunjukkan bahwa semakin ketat
kurikulum yang digunakan, maka semakin besar kemungkinan hasil akhir yang
diinginkan.penggunaan pendekatan ini menunjukkan bahwa program semacam desain
yang sistematis dapat dievaluasi.
Peran Bobbit dan Permainan
Charters dalam bidang pengembangan kurikulum Sejarah
Pendekatan ilmiah teknis dalam pengembangan
kurikulum sejarah telah menemukan asal-usul dan substansi model ilmiah teknis
di sekolah.Pada pergantian abad kedua puluh, pendekatan ini mengadaptasi
prinsip-prinsip metode birokrasi yang dapat dianggap ilmiah.Dorongan
mengembangkan ilmu dalam pembuatan kurikulum pertama kali muncul dalam mata
pelajaran ilmu pengetahuan biologi, fisika, dan kimia.Selama abad kesembilan
belas dan kedua puluh, berbagai gagasan teori dan pembelajaran berkembang di
dunia bisnis dan industri.
Dalam pendidikan khususnya dalam kurikulum, model
ini berkembang dengan karya Bobbitt dan piagam.Bobbit dan piagam Bobbit
menciptakan teori kurikulum yang pada dasarnya menjelaskan bahwa seseorang
harus melakukan perjalanan dari masa kecil sampai tujuan pertumbuhannya
tercapai.Menurut Bobbit tugas pertama dalam pengembangan kurikulum adalah untuk
menemukan kegiatan yang membuat siswa, mempunyai kemampuan dan kualitas pribadi
yang diperlukan untuk kinerja yang tepat.
Selain Bobbitt, werret charter juga percaya pada
analisis aktivitas. Namun charter mencatat bahwa perubahan kurikulum selalu
didahului dengan modifikasi dalam konsepsi kita tentang tujuan pendidikan.
Caharters menyarankan urutan langkah-langkah untuk konstruksi kurikulum. Dia
mencatat bahwa konstruksi kurikulum memiliki empat langkah: 1) memilih tujuan
2) membagi siswa-siwa ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan cita-cita dan
kegiatan kesukaan mereka 3) menganalisis siswa-siswa untuk batas kerja 4) metode pengumpulan prestasi.
The Tyler Model
Pada tahun 1949 Tyler mempublikasikan empat prinsip
dasar kurikulum dan pengajaran dengan tujuan untuk memeriksa masalah kurikulum
dan pengajaran. Dia menyebutkan bahwa mereka yang terlibat dalam penyelidikan
kurikulum harus mencoba untuk menentukan 1) tujuan sekolah 2) pengalaman
pendidikan yang berkaitan dengan organisasi tujuan 3) pengalaman-pengalaman
lainnya, dan 4) evaluasi tujuan. Tyler memberikan prinsip terakhir dengan mengevaluasi
efektivitas perencanaan dan tindakan, karena Tyler menganggap evaluasi
merupakan satu hal yang sangat penting dalam pengembangan kurikulum.Dia percaya
bahwa hal itu diperlukan oleh pendidik untuk mengetahui apakah pengalaman
belajar benar-benar membuahkan hasil yang diinginkan.Juga penting untuk
menentukan apakah program ini efektif atau tidak efektif.Evaluasi harus
berhubungan dengan semua objek. Meskipun tyler tidak menampilkan model
pengembangan kurikulumnya secara grafis seperti yang lainnya, tetapi tidak
dapat disangkal bahwa pemikiran Tyler sangat mempengaruhi bidang kurikulum,
khususnya pengembangan kurikulum.
The Taba Model
Pemikiran Grassroots dan rekan-rekannya sangat
mempengaruhi Hilda Taba dalam memberikan dorongan tambahan untuk mengembangkan
pendekatan dalam kurikulum.Dalam bukunya tentang pengembangan kurikulum, kurikulum
depelopment: teori dan praktek (1962), ia berpendapat bahwa ada urutan
pasti untuk menciptakan kurikulum. Mengacu pada teori tersebut diharapkan akan
memfasilitasi pencapaian kurikulum yang lebih bijaksana dan mudah dipahami.
Perbedaan teori Taba dengan tyler adalah ia percaya
bahwa kurikulum yang diajarkan harus dirancang oleh pengguna dan pelaksana
program pembelajaran yaitu guru. Guru harus memulai proses tersebut dengan
menciptakan suatu pembelajaran khusus bagi siswa mereka. Model dari para ahli
kurikulum yang telah diberikan kepada guru, dipastikan harus dikembangkan
kemudian diawasi oleh administrator untuk memastikan bahwa ide-ide atau
model-model itu diterapkan dalam pembelajaran. Dia menganjurkan kepada guru untuk mengambil pendekatan induktif
dalam pengembangan kurikulum. Karena pendekatan ini dimulai secara spesifik
menuju perencanaan yang umum.Berbeda dengan pendekatan deduktif yang lebih
bersifat tradisional yang dimulai dari desain yang bersifat umum menuju ke yang
lebih spesifik. Taba mencatat tujuh langkah utama Model pengembangan kurikulum
1. Diagnosis
kebutuhan. Perancang kurikulum adalah guru yang harus memulai prosesnya dengan
mengidentifikasi kebutuhan siswa dan untuk siapa kurikulum harus direncanakan.
2. Perumusan
objek. Setelah guru mengidentifikasi kebutuhan yang diperlukan, ia menentukan
tujuan yang akan dicapai
3. Pemilihan
isi. Objek yang akan dipilih atau yang akan diciptakan disarankan harus
mencakup semua yang terkandung dalam materi pelajaran atau isi kurikulum.
4. Isi
organisasi. Seorang guru tidak hanya memilih isi kurikulum, tetapi harus
mengaturnya dalam beberapa jenis urutan dengan mempertimbangkan kematangan
peserta didik dari segi prestasi akademiknya, dan minat mereka.
5. Pemilihan
pengalaman belajar. Isi kurikulum harus disampaikan kepada murid dan murid
harus terlibat didalamnya.
6. Organisasi
kegiatan belajar. Isi kurikulum harus diurutkan secara terorganisir sehingga
kegiatan pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
7. Evaluasi
dan sarana evaluasi. Perencana kurikulum harus menentukan hasil yang diinginkan
setelah selesai melaksanakan pembelajaran.
Model Hunkins :
Pengambilan keputusan.
Hunkins menyajikan model pengembangan kurikulum
berbeda dari yang lainnya. Dalam modelnya dia mengembangkan tujuh tahap utama:
·
Kurikulum
konseptualisasi dan legitimasi, tahap pertama menuntut peserta didik terlibat
dalam kegiatan mengenai sifat dasar dari kurikulum dan juga nilai politik
pendidikan dan sosial.
·
Diagnosis, melibatkan
dua tugas utama yaitu mencari keebutuhan apa saja yang diperlukan dalam
pengembangan kurikulum dan mencari penyebab
dari kebutuhan itu, serta menciptakan hasil dari kebutuhan yang ada.
·
Pilihan isi, Kandungan
isi adalah dasar dari kurikulum. Kandungan isi kurikulum mengacu pada fakta,
konsep, prinsip, teori, dan generalisasi.
Kandungan isi kurikulum juga mengacu pada proses kognitif peserta didik
yang akan menuntut mereka untuk berpikir dalam belajar.
·
Pengalaman seleksi,
pada tahap ini guru memutuskan bahan ajar apa yang akan digunakan, apakah buku
teks, program perangkat lunak, film, buku referensi, bahan utama, peta, gambar,
dan sebagainya.
·
Pelaksanaan.
·
Evaluasi, tahap ini
biasanya dilakukan pada saat kurikulum berjalan untuk memberikan data sehingga
keputusan untuk melanjutkan, memodifikasi, atau menghentikan program
pembangunan kurikulum dapat dilaksanakan.
·
Pemeliharaan, meliputi
metode dan sarana serta pengelolalan program yang akan dilaksanakan untuk
menjamin dalam melanjutkan fungsi yang efektif.
Model Pemikiran
Kognitif Dari Pengembangan Kurikulum,
Model
pemikiran kognitif dari pengembangan kurikulum,langkah-langkahnya :
·
Kesiapan, dalam
pelaksanaanya anda harus membuat diri anda siap dalam tindakan dan pikiran. Sebelum
terlibat dalam tindakan tertentu, kita harus menghentikan semua kegiatan yang
sedang dilakukan atau dengan kata lain harus focus.
·
Memulai, Anda harus
memutuskan tindakan apa yang diperlukan dalam memulai suatu proses.
·
Proses utama, ketika
proses dimulai, maka kita langsung terlibat didalamnya.
·
Kemungkinan gangguan
dan dimulainya kembali, ketika terlibat dalam proses, kita memiliki pilihan
untuk melanjutkan atau berhenti.
·
Tujuan, jika kita
memulai proses atau terlibat dalam proses berpikir, kita perlu menentukan
apakah kita telah mencapai apa yang kita tetapkan sebelumnya.
·
Penyelesaian, jika kita
berhasil, maka kita akan terlibat dengan apa yang diperlukan untuk melakukan
tindakan akhirnya.
·
Tahapan akhir, di
sinilah terdapat hasil dari proses yang baru dijalankan.
Desain model Backward, Wiggins dan mc Tighe
menentukan dalam tahap pertama ini terdapat tiga tingkat pengambilan keputusan.
Pada tingkat pertama pembuatan keputusan, tugas pendidik selain
mempertimbangkan tujuan dan sasaran, juga bertindak sebagai pemeriksa keputusan
pada tingkat nasional.Tingkat kedua pengambilan keputusan dalam pengembangan
kurikulum, yaitu guru kelas yang menilai isi kurikulum mungkin dapat membantu
dalam menciptakan siswa yang dapat mencapai titik akhir dengan hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Pada tingkat kedua pengambilan keputusan adalah untuk
menentukan pengetahuan apa yang sangat penting bagi siswa yang dapat menunjang
terhadap tujuan-tujuan pembelajaran yang lainnya. Tingkat ketiga dan terakhir
dari pengambilan keputusan dalam tahap pertama ini melibatkan penyempitan pada
isi.
Tahap 2 model ini menentukan
bagaimana menilai kurikulum, setelah diimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari.Pada tahap ketiga dan terakhir dari model desain ini melibatkan
pengalaman dan instruksi dalam belajar.Pendekatan analisis tugas digunakan
untuk pengembangan kurikulum ini. Ketika kita menggunakan analisis tugas untuk
pengembangan kurikulum, kita menyesuaikan pendekatan dengan menggunakan dua
jenis analisis tugas:
·
Analisis Subyek. Adalah
titik awal dalam materi pelajaran analysis. ketika kurikulum sedang dibuat
untuk mempersiapkan siswa dalam profesi tertentu, maka materi pelajaran atau
isi pembelajaran perlu diketahui agar dapat melaksanakan tugas pekerjaan
tertentu dalam profesinya.
·
Membuat grafik desain
utama, ini menggunakan informasi yang diperoleh dari ahli materi pelajaran.
Informasi ini tidak hanya mencakup fakta yang dianggap penting oleh para ahli
tetapi juga konsep, aturan, hukum, generalisasi, teori, dan sebagainya.
·
Mengatur isi, setelah
grafik selesai, maka perlu diidentifikasi hubungan antara topik, isi, konsep,
generalisasi, dan sebagainya.
·
Analisis Pembelajaran,
idealnya anlisis belajar dimulai selama penyelenggaraan pembelajaran. Teori ini
menitikbertatkan pada proses belajar yang dilakukan dan diperlukan selama
pembelajaran berlangsung.
·
Membuat rencana
kurikulum induk, adalah tahapan yang menggali informasi yang diperoleh secara
terorganisir mengenai isi / materi pelajaran secara pedagogis / pendekatan
pembelajaran yang dianggap penting bagi kurikulum untuk program studi.
Pendekatan
Non techninal-non scientifiec
Pendekatan teknis ilmiah dalam
kurikulum adalah untuk menunjukkan bahwa proses pengembangan kurikulum memiliki
derajat yang tinggi baik dari segi objektivitasnya, universalitas, dan logika.
Teori ini berasumsi bahwa realitas dapat didefinisikan dan diwakili dalam
bentuk simbolik.Tujuan pendidikan dapat diketahui dengan tepat, dan dapat
diatasi secara linear.Pendekatan teknis ilmiah dalam kurikulum mencontohkan
pada mordernism, pandangan rasionalis, objektivitas, dan kepastian.Nonteknis
sebagai pendukung pendekatan non-ilmiah menantang asumsi yang menyatakan semua
tujuan pendidikan dapat diketahui.Mereka tidak menerima secara logis bahwa jika
sesuatu yang ada dapat dirasakan dan diukur.
ModelMusyawarah(The Deliberation
Models)
Modelmusyawarahmembahaskesenjangan
dalampengembangan kurikulum. Memang, McCutcheonmencatat
bahwamusyawarahdalam prosesessensialterlibat dalam pengembangankurikulum.
Melaluimusyawarah, individu terlibatdalam pengambilankurikulummakin. Dalam proses ini, pendidikmembuatdikenalide-idedannilai-nilai merekauntukapa yang
pentinguntuk belajardan perludiajarkan-apakontenyang
akandipuji-dansangatfungsinyadaripendidikan itu sendiri.
Modelmusyawarahmerupakanrata-ratapenalarantentang
masalahpraktisyang harus dimasukkandalam kurikulum.Modelyang disajikan dalambab inimemiliki
enamrumusanseperti yang disarankan olehNoye.
Enamtahap -tahapmodel musyawarahterdiri dari:
1. Berbagikepada masyarakat luas,
1. Berbagikepada masyarakat luas,
2. Menyorotikesepakatan dan ketidaksepakatan,
3. Posisipenjelasan,
4. Menyorotiperubahan posisi,
5. Titiknegosiasiperjanjian, dan
6. Mengadopsikeputusan.
Fitur utama darimusyawarahdan salah satu yangmenempatkannyadalam kategorinon-teknisdaripendekatankurikulumadalah fitur yangketidaklengkapan.
Fitur utama darimusyawarahdan salah satu yangmenempatkannyadalam kategorinon-teknisdaripendekatankurikulumadalah fitur yangketidaklengkapan.
PendekatanPertanyaan(Conversation
Approach)
PendekatanPertanyaanyangdiadaptasi daristrategiquentioningdikembangkan
olehHunkins. Hal
ini masuk
akalbahwapertanyaanmerupakan bagian integral daripercakapan.Fasedisesuaikan
denganpenciptaankurikulum:
1. Asosiasi bebas,
2. Pengelompokan berdasarkankesukaan,
3. Merumuskanpertanyaan fokuskurikuler,
4. pertanyaanfokuskurikuler
secara berurutan,
dan
5. Membangun
konteksuntukfokus.
Komponenyang
digunakan untuk
pertimbangandalampengembangankurikulum,
yaitu:
1. Isikurikulum,
2.
konsepsipada isi,
3. organisasiisi,
4. kriteria untuk memilihkonten(kecukupan diri,signifikansi, validitas, kesukaan,utilitas, learnabilitydankelayakan)
PengalamanKurikulum
AtributpengalamanKurikulum:
•Kriteria untuk memilihpengalaman,
•Reliationshipkontendan pengalaman,
AtributpengalamanKurikulum:
•Kriteria untuk memilihpengalaman,
•Reliationshipkontendan pengalaman,
Bab 7 pada buku yang berjudulCurriculum -- Foundations, Principles, and
Issues.Fouth Editionkarangan Allan C Ornsten, & Francis P.Hunkins
secara umum tata bahasanya sulit dimengerti, karena pemaparannya berbelit-belit.Bahasa
yang digunakannya pun berat, karena menggunakan diksi bahasa Inggris yang tidak
familiar.Umumnya, Ornsten memberi contoh-contoh dan penjelasan tentang
model-model dan pendekatan kurikulum dari berbagai para Ahli seperti Tyler,
Taba, Hunkins dan Backward.
Jika dibandingkan
dengan buku lain yang bertema serupa, Curriculum DevelopmentFor Education
Reform(1995) karya Kenneth T. Henson, buku ini masih terbilang lebih
lengkap karena menguraikan tentang pengembangan kurikulum dijelaskan lebih
banyak dan mendalam dimulai dari pengenalan tentang pengertian
kurikulum,landasan filosofis dan historis, konsep teori dan modelserta
perencanaan dan pengembangan kurikulum
serta manfaatnya. Hal
tersebutmembuat penjelasannya lebih lengkap dan mendalam dibandingkan bab pada
buku yang kami kaji. Sistematika penulisan buku ini lebih teratur dan bahasanya
lebih difahami karena menggunakan Bahasa Inggris yang familiar.
Sedangkan menurut kajian singkat
kamitentang pengembangan kurikulum dimulai dengan pengertian kurikulum. Kurilukum, (curriculum) dalam Rudi Susilana, 2006:2 yang pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga,
berasl dari kata currir (pelari) dan curere
(tempat berpacu). Pada saat itu kurikulum diartikan sebagai jarak yang harus
ditempuh oleh seorang pelari mulai dari start sampai finish untuk memperoleh
medali/penghargaan. Kemudian, pengertian tersebut diterapkan dalam dunia
pendidikan, yaitu sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh seorang
siswa dari awal sampai akhir program pembelajaran untuk memperoleh penghargaan
dalam bentuk ijazah.Dari pengertian tersebut, dalam kurikulum terkandung dua hal
pokok, yaitu (1) adanya mata pelajaran yang harus ditempuh oleh siswa, dan (2)
tujuan utamanya yaitu untuk memperoleh ijazah.Dengan demikian, implikasi
terhadap praktik pengajaran yaitu setiap siswa harus menguasai seluruh mata
pelajaran yang diberikan dan guru berada pada posisi yang sangat menentukan
dalam pencapaian keberhasilan siswanya.Selain itu, keberhasilan siswa juga
ditentukan oleh seberapa jauh mata pelajaran tersebut dikuasainya dan biasanya
disimbolkan dengan skor yang diperoleh setelah mengikuti suatu tes atau ujian.
Kurikulum sebagai rancangan
pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek
kegiatan pendidikan.Adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
globalisai membuat perlu adanya pengembangan kurikulum yang dapat merespon
terhadap tuntutan perubahan structural pemerintahan.Sehingga diperlukan tatanan
kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman. Siswa yang nantinya akan
menjadi generasi penerus bangsa harus di didik dari awal untuk menjadi mansia
yang berkarakter, berwawasan luas, dan mempunyai pandangan ke depan. Tugas guru
adalah menciptakan pembelajaran yang nyaman dan bermakna agar siswa mampu
menyelesaikan setiap mata pelajaran dengan baik dan hasilnya pun sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu, pengembangan
kurikulum tidak akan berhasik jika tidak ada sinkronisasi antara guru dan
siswa.
Pengembangan kurikulum dalam pendidikan merupakan hal
yang wajib dilakukan untuk kemajuan pendidikan itu sendiri.Kurikulum digunakan
dalam dunia pendidikan dan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan
dinamika yang ada pada dunia pendidikan. Secara garis besar, kurikulum dapat
diartikan sebagai perangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan
kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Pada kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa Indonesia
sangatlah jauh tertinggal di bidang IPTEK dibandingkan dengan bangsa Eropa dan
Barat.Untuk mengatasi masalah ini pemerintah menegaskan perlunya pengembangan
kurikulum dalam dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non
formal.Dalam pengembangan kurikulum harus sesuai dengan pengertian kurikulum
yakni seperangkat perencanaan dan media untuk mengantarkan lembaga pendidikan
dalam mewujudkan tujuan pendidikan yang diinginkan.Sesuai perkembangan
masyarakat yang mempunyai latar belakang yang berbeda-beda maka dalam
pengembangan kurikulum juga harus melibatkan masyarakat sehingga terbentuk
kurikulum yang ideal dan sistematik sesuai kebutuhan mereka.
Pengembangan kurikulum yang ideal seharusnya mencakup
beberapa hal pokok yang dapat melayani keanekaragaman kemampuan sumber daya
manusia, kemampuan siswa, sarana pembelajaran, dan budaya di daerah
pengembangan kurikulum.Sehingga dapat menjamin hasil pendidikan bermutu yang
dapat membentuk masyarakat Indonesia yang damai sejahtera, demokrastis dan
berdaya saing untuk maju.Dalam kurikulum, pendidikan bermutu sangat di perlukan
dlam menghasilkan kompetensi lulusan yang dapat dipertanggung jawabkan secara
lokal, nasional maupun secara global.
Pengembangan kurikulum pada dasarnya seluruh rangkaian
yang dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab pendidikan,
dengan tujuan dapat mengembangkan potensi peserta didik dan mencapai tujuan
pembelajaran.Diharapkan dengan diadakannya pengembangan kurikulum dapat
memberikan kontribusi pada seluruh pihak baik kepala madrasah, guru, murid dan
orang tua, dan masyarakat secara umumnya.Sehingga kehadiran kerikulum dapat
memberikan kesejahteraan bagi kehidupan dunia maupun akhirat. Bila dikaji
secara seksama ada beberapa manfaat dari masing-masing pihak, diantaranya;
a. Bagi murid
Dengan
adanya pengembangan kurikulum para perserta didik nasibnya banyak yang
tertolong. Mereka dapat mengembangkan potensinya, sehingga proses pembelajaran
dapat berjalan dengan mudah dan tujuan akan sering tercapai. Dengan
pengembangan potensi tersebut peserta didik dapat bergerak dengan optimal
dilingkungan masyarakat. Dengan diadakannya pengembangan
kurikulum diharapkap proses pembelajaran lebih bermanfaat dan integral dengan
lapangan masyarakat.
b.
Bagi lembaga
Pengembangan
kurikulum juga memberikan kemanfaatan yang sangat besar bagi lembaga.
Perkembangan pada sebuah lembaga pendidikan bukan terletak pada sarana
prasarana yang megah dan serba mewah, karena sarana prasarana hanyalah
sebatas fasilitas untuk mencapai tujuan pembalajaran. Tapi sarana
prasarana akan hampa dari tujuan pembelajaran bila pengembangan kurikulum
diabaikan. Semakin besar lembaga dapat mencetak peserta didik yang berkualitas,
perhatian masyarakat akan besar pula.
c.
Bagi guru
Bagi
guru sebagai tenaga kependidikan utama di sekolah, kurikulum harus mampu
menjadi
1) Pedoman dalam merencanakan dan
melaksanakan tugas mendidik~melatih dan Mengajar, dalam bentuk penyusunan dan
pengorganisasian pengalaman belajar yang akan disajikan kepada peserta didik.
2) Pedoman dalam merencanakan dan
melakukan evaluasi terhadap perkembangan daya serap peserta didik terhadap
pengalaman belajar yang telah disajikan kepada mereka.
d.
Bagi kepala sekolah
Kurikulum
harus dapat dijadikan pedoman dalam melakukan tugas-tugas sebagai
administrator/ Manager (merencanakan, melaksanakan, mengontrol, mengevaluasi
kegiatan pendidikan dan pengajaran ) dan supervisor (pengawasan dan bimbingan
perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran) dalam rangka
memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah tersebut.
e. Bagi
masayarakat pengguna lulusan (Stakeholders)
Kurikulum harus mampu mencerminkan segala kebutuhan
masyarakat, agar peserta didik dengan disiplin ilmu dan profesi yang
didapatnya, dia dapat diterima di tengah masyarakat.
Kaitannya dengan hal tersebut, ada 2 hal yang harus
dilaksnakan oleh masyarakat dalam mendorong pengembangan kurikulum agar
mencapai hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, yaitu :
1)
Ikut memberikan masukan/ kritik konstruktif bagi
perencanaan dan pelaksanaan serta peningkatan mutu pendidikan dan pengajaran di
sekolah.
2)
Ikut membantu penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran di
sekolah yang membutuhkan kerjasama yang produktif dengan masyarakat, bagi
pencapaian visi, misi dan mutu sekolah tersebut.
Referensi:
Ornsten, Allan C
& Francis P.Hunkins (2004).Curriculum
-- Foundations, Principles, and Issues.Fouth Edition. United States of America: Allyn and Bacon
Henson, Kenneth
T.(1995) Curriculum Development for
Reform. United States of America:
Addison – Wesley Educational Publisher Inc.
REVIU
BAB BUKU
Curriculum Development
Diajukan untuk memenuhi Tugas
Kelompok
Pada Mata KuliahPengembangan Kurikulum SD
Dosen
Pengampu Mata Kuliah
Dr. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd.
Disusun Oleh:
Riyan Rosal Yosma Oktapyanto (1404523)
Mira Sopasahara (1404525)
Ulil Amri (1404533)
KELAS
P2TKPENDAS
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN DASAR
SEKOLAH
PASCA SARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN
INDONESIA
BANDUNG
2
0 1 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar